Sosok Generator Navigator
si Yayah nih..?" kontan cekikikan geli dia sambil menekapi kedua buah dadanya dengan tangannya."Ya sudah, kalok masih geli ditunda dulu. Sini Yayah ambil tanda terima kasihnya duluan nanti pasangnya belakangan."
Begitu selesai bicara Pak Hendro langsung memajukan kepalanya, mulutnya mendarat mencaplok sebelah susu Menik yang membulat montok itu."Sshh..." Menik mengejang tertahan sewaktu mulut Pak Hendro mengenyoti
puncak susunya, mengulum dan menjilati puting yang berada di dalam mulut Pak Hendro.Kali ini geli lain. Geli yang memberi rangsang menaikkan berahinya untuk menuju apa yang nantinya akan diminta Pak Hendro. Dan ini mulai semakin terasa karena Pak Hendro agak berkepanjangan mengisapi dan meremasi kedua bukit dadanya bergantian, sehingga geli-geli enak yang meresap menyulut bara berahinya yang juga sudah lama terpendam mulai menyala lagi. Maklum, Pak Hendro rupanya gemas bernafsu dengan kedua susu si gadis ramping tapi ukurannya bulat montok menggiurkan ini. Terbukti ketika Pak Hendro berhenti dan menarik kepalanya, terlihat tatapan mata Menik sudah sayu tanda sudah dipengaruhi tuntutan nafsunya. Tapi Pak Hendro belum selesai, dia segera memasangkan perhiasan di kedua puting susu Menik, kali ini tidak ada penolakan geli lagi.Selepas itu kedua buah dada segar mulus yang sudah berhias anting-anting itu dikecap lagi oleh mulut Pak Hendro. Ada rangsang tersendiri baginya dengan kedua puting yang tercuat oleh jepitan penahan bandul, senang menjilat-jilat ujungnya membuat Menik bergerak-gerak kegelian, susunya berayun-ayun menimbulkan bunyi bandul bergemerincing."Aahaaww... ge-yyii Paak.." Menik merengek manja namun dia senang dicandai mesra seperti ini."Tambah cantik kan Menik dihiasin gini, Yayah jadi makin gemes ngeliatnya...""Iya tapi lucu... Aahsssh Paak... ca-kiitt..!" baru menjawab sudah disambung merintih karena puting berikut bandulnya dicaplok Pak Hendro.Dihisap dan dijepit-jepit bandul itu dengan bibir, menarik-narik kecil menjadikan putingnya juga ikut tertarik-tarik terasa perih. Tapi perih-perih enak yang makin menambah
Menik jadi makin lebih terangsang.Sehingga ketika dari situ Pak Hendro berlanjut dengan usahanya untuk membuka celana pendek yang dikenakan Menik, si gadis mandah saja malah membantu dengan mendoyongkan tubuhnya ke belakang, mengangkat pantatnya membuat mudah celana berikut celana dalamnya dilolosi lepas. Pak Hendro meskipun dalam dirinya sudah bergelora nafsunya ingin segera menyetubuhi remaja cantik yang menggiurkan ini, tapi dia cukup pengalaman untuk bisa menekan emosinya tidak menunjukkan wajah rakusnya."Sekarang yang terakhir ini Yayah pasangin kalung perutnya..." katanya sambil membelitkan dan mengaitkan sekali sebuah kalung perut di pinggang Menik.Selepas itu tiba-tiba Pak Hendro menundukkan wajahnya ke perut Menik. Dikira akan mengecup bagian perut itu untuk minta tanda terima kasih, tapi rupanya lebih ke bawah lagi. Yaitu ketika kedua tangan Pak Hendro menyusup dari bawah kedua pahanya, membuka jepitan paha itu sekaligus mengangkat membuatnya mengangkang. Dia segera tahu bahwa Pak Hendro menuju ke liang senggamanya. Menik memang sudah terbiasa memberikan kemaluannya dikerjai mulut Pak Hendro, cepat ditutupnya matanya menunggu Pak Hendro berlanjut, karena dia tahu rasa apa yang akan didapatkannya nanti.Saat itu, begitu mulut Pak Hendro menempel dan langsung menyedoti rakus bagian menganga itu, dalam dua tiga jurus saja Menik sudah lemas tulang-tulangnya diresapi nikmat."Ahhnng..." mengerang dia oleh geli yang terasa menyengat sampai ke ubun-ubun, langsung merosot tubuhnya jadi menelentang rata punggung ke belakang karena serasa tangannya tidak kuat lagi menopang. Lewat lagi beberapa jurus dia sudah meliuk-liuk yang terasa menyengat sampai ke ubun-ubun, langsung merosot tubuhnya jadi menelentang rata punggung ke belakang karena serasa tangannya tidak kuat lagi menopang. tubuhnya oleh jilatan lidah terlatih yang mengilik kelentitnya, menusuk-nusuk kaku membuatnya semakin penasaran ingin segera disetubuhi.Pak Hendro berhenti untuk membuka bajunya dan sementara itu kedua kaki Menik yang tadi disanggahnya diletakkan telapaknya di tepi tempat tidur, tetap membuat posisi Menik mengangkang lebar."Enak kan kalok Yayah bikinin gini..?" tanyanya menguji sambil melepasi bajunya satu persatu." He-ehh... tappinya jangan lama-lama Yahh.., nggak kuat Akku..." Menik terbata-bata menjawab jujur kelemahannya kalau liang kewanitaannya kena disosor mulut lelaki.Selesai membuat dirinya sama bertelanjang bulat, Pak Hendro kembali meneruskan mengerjai liang senggama Menik dengan permainan mulutnya, membuat si gadis betul-betul matang terbakar oleh rangsang nafsunya. Sambil begitu Pak Hendro sendiri dalam posisi duduk berlutut mulai melepasi bajunya tanpa dilihat Menik dan mulai mempersiapkan batang kejantanannya untuk bisa menyalurkan kerinduan nafsunya sekaligus mengisi kebutuhan yang dituntut berahi nafsu Menik.Cukup lama Pak Hendro membakar nafsu Menik lewat hisapan mulut di liang senggamanya, membuat Menik hampir hangus menunggu saat untuk disetubuhi. Tapi sebelum mulutnya meminta, tiba-tiba dirasakan tubuhnya ditarik diajak bangun. Pak Hendro melingkarkan kedua lengan Menik di lehernya, Menik cepat mengetatkan rangkulan mengikuti ajakan Pak Hendro yang segera menggendong untuk memindahkannya dari posisi semula ke tempat dimana dia akan segera masuk ke babak sanggama, karena dirasanya ada gerakan Pak Hendro untuk bangkit berdiri.Memang benar, tapi sebelum sampai ketempat yang dimaksud, Menik seperti sudah akan mendapatkan apa yang diingininya lebih cepat dari perkiraannya. Tubuhnya terasa melayang seiring dengan gerakan Pak Hendro berdiri dengan mengangkatnya pada kedua pahanya, tapi ketika telah tegak dan gaya berat tubuhnya menekan lagi ke bawah, "Hahhg..." mengejang dia karena dirasanya kepala batang keperkasaan Pak Hendro mendesak sampai terjepit di mulut lubang kemaluannya.Dan makin memberat dia ke bawah makin menyodok batang itu masuk.Tapi, "Hhoogh..." kali ini menggerung tenggorokannya karena yang berikutnya terasa ketat dan perih.Tidak tahan berlanjut, dia pun mengetatkan lagi rangkulannya seolah-olah ingin memanjati tubuh Pak Hendro naik ke atas lagi.Celakanya Pak Hendro seperti tidak mengerti apa yang dialami Menik, merasa batang kejantanannya sudah mulai terjepit masuk, dia mengira justru Menik yang sudah mengajak lebih dulu untuk langsung masuk di babak sanggama. Dalam posisi seperti itu dia malah berusaha untuk memasukkan batangnya lebih jauh lagi. Kedua kakinya ditekuk merendah sebentar agar Menik terduduk menggantung di pahanya sehingga kedua perut agak merenggang. Karena dalam posisi itu dia bisa melepas sebelah sanggahan tangannya untuk kemudian membubuhi ludah di sisa batangnya yang belum masuk, baru setelah itu dia berlanjut untuk membenamkan batang keperkasaannya.Sekarang batang ini sudah masuk sebagian, Pak Hendro menegakkan tubuhnya lagi dan sambil berusaha menekan lebih jauh dengan pintar dia mengalihkan perhatian Menik lewat gerakan berjalan seolah-olah mencari tempat sanggama yang lebih enak. Memang, semakin dibenamkan lebih dalam, terasa olehnya Menik mencengkeram sambil merintih kesakitan tapi Pak Hendro pura-pura tidak mendengar."Ssshhgh.. ssakkit Yaahh..." akhirnya tidak tahan juga suara Menik terdengar mengutarakan perihnya.Menik memang sudah hapal dengan bentuk dan ukuran alat viltal ayah angkatnya yang sering dipermainkannya ini, tapi untuk dimasukkan ke liang senggamanya baru kali inilah dia merasakannya."Iya, iya, memang agak perih kalok dibawa jalan-jalan begini. Sebentar lagi, Yayah mau cari tempat yang enak buat kita." buru-buru Pak Hendro menghibur tapi lega dia karena dirasanya seluruh panjang batang kejantanannya sudah terendam habis."Mau dimana Yah..?" tanya Menik agak heran sambil menarik kepalanya.Sekarang bisa terlihat raut wajahnya yang sudah pucat pasi lantaran menahan sakit."Kita cari tempat yang lebih enak maennya."Dengan memondong Menik, sementara batang kejantanannya tetap terendam di liang senggamanya Menik, Pak Hendro menuju ke ruang tengah. Di situ di depan TV terpasang sebuah permadani berukuran 2x3 meter, kesitulah rupanya Menik dibawa. Mengatur posisi Menik menelentang dengan tetap menjaga kemaluan tidak terlepas, begitu selesai Pak Hendro mulai mengajak Menik masuk pada babak sanggama untuk meresap nikmatnya pertemuan kedua kemaluan ini. Sanggama ala Pak Hendro yang unik, sebab bukan saja pemilihan tempatnya nyentrik tapi juga caranya terasa asing bagi Menik. Beda sekali dengan bekas pacarnya yang dalam sanggama mereka goyang pantat dibawa bekerja aktif memompa penis ke luar masuk vaginanya, tapi dengan Pak Hendro justru tidak bergaya tradisional seperti itu.Bermain masih dalam keadaan saling menempel berhadapan dengan batang kemaluan tetap terendam dalam, tanpa ada gerakan menggesek keluar masuk,Menik dibawa berguling-guling di seluas permadani itu seperti seorang anak kecil sedang diajak bergelut canda oleh ayahnya. Tetapi lebih cocok disebut seperti sepasang penari balet yang sedang beradegan lantai dalam gaya erotis. Sebab sementara bergulingan, kadang Menik di atas kadang pula di bawah, Pak Hendro mengiringi dengan kerja mulutnya serta tangan yang tidak terputus melanda sekujur tubuhnya dari mulai atas kepala hingga ke ujung kakinya.Di situ kadang dikecup mesra, dijilati atau digigiti gemas, juga kadang diusap, dipijat, diremas di bagian manapun dari tubuh Menik dapat dicapai mulut atau tangannya. Menik tidak ubahnya diperlakukan seperti boneka permainannya. Boneka cantik berhias yang semakin bergemerincing suara bandulnya semakin membuat hatinya senang dan asik menggelutinya.Tapi asyik bukan hanya buat Pak Hendro, Menik yang semula masih merasa perih dan masih pasif mulai mendapatkan rasa asyik yang sama, malah lebih lagi. Gaya baru yang diterimanya ini terasa begitu mesra menghilangkan perih yang diderita. Dan ujung batang yang tadinya terasa begitu ketat serta menyodok begitu jauh di dalam perutnya sekarang justru dirasakan enak luar biasa mengorek-ngorek tuntutan berahinya jadi cepat terluapkan, melayang-layang dibuai kenikmatan yang datang melanda susul menyusul."Hsshngg addduuuh Yyahh... sshngh dduhh.. hmm aaahhghrh..!" begitu dalam akibatnya sampai-sampai tidak tertahankan lagi, masih ditengah asyiknya digeluti Pak Hendro,
-±-å£ßë®T-±- ----------= THE END =-----------±-å£ßë®T-±-
Selesai sudah artikel sehatnya
to be continue......
hehehehe
to be continue......
hehehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar